Jumat, 16 November 2012, beberapa anggota KEB , Mak Indah Admin KEB, Mak Yati Racmat ( anggota tertua KEB 73 Thn ), Mak Elisa Koraag diundang untuk bersiaran di Radio Bahana 101,8 FM Radio Keluarga Indonesia. Berbagi cerita menjadi anggota Komunitas Emak-Emak Blogger. Siaran selama 60 menit, saya menunggu ambil medengarkan di ruang tunggu. Siaran selama 60 menit, ngobrol sebentar lalu kami berpisah. Mak Indah ditunggu suaminya, Mak yati langsung ke Gandari City, saya dan Kak Icha harus singgah ke jalan H., Nawi untuk satu urusan kecil.
Biar gak ikut siaran, narsis mah tetap! |
Dari H. Nawi,
rencananya mau cari sarapan tapi entah mengapa, saya mengarahkan motor langsung
ke Gandari City. Suasana mall ini masih sepi, saya dan Kak Icha sempat berfoto
dengan latar belakang banner besar kompasinival 2012. Kamipun langsung
menuju ke Skenoo Hall, untuk melihat posisi booth KEB.
Ternyata di tempat tersebut masih
berantakan , masih banyak tukang yang tidur walaupun jam sudahn menunjukan
jam makan siang. Saya maklum, mungkin mereka bekerja sejak pagi. Saya dan Kak Icha urung masuk. Kami berdua malah berfoto-foto, mumpung
belum ada orang. Puas foto-foto kami turun untuk melihat sekeliling
Mall Gandaria City sekalian cari tempat makan. Ada banyak
sekali tempat makan ada Eat & eat yang menyediakan
segala makanan tradisional Indonesia seperti
gado-gado, es cincau, soto ayam dll, ada jajanan
Mrs. Fields, ada
choops stick aneka mie, ada Solaria. Dan tempat terakhirlah pillihan kami
karena tempat tersebut sangat nyaman untuk makan dan bertemu teman.
Kami memilih makan siang , sambil
menunggu teman-teman KEB lain yang akan datang untuk menghias booth KEB. Sebenarnya terlalu pagi untuk makan siang tapi juga terlalu siang untuk
sarapan pagi. Kami memberitahukan Mak Mira Sahid yang membawa banyak properti
KEB untuk parkir saja dulu mobilnya karena barang belum
bisa di turunkan. Maka bertemulah di Solaria. Ada Mak Mira dan Bunda yati yang juga sudah
puas keliling. Kami makan siang sambil bincang-bincang santai. Setelah kenyang
dan yakin, mustinya pekerja di Skeno hall sudah bangun, kamipun naik.
Benarlah prediksi kami, para pekerja sudah bangun dan sudah beraktivitas lagi. Setelah tahu di mana booth kami, saya dan Kak Icha membantu Mak Mira Sahid untuk menurunkan properti KEB dari mobil. Waktu kami kembali ke Skeeno hall sudah ada Mak Waya dan Mak Lia yang siap untuk menyingsingkan lengan membangun Booth KEB.
Bersama Kak Icha membawa property untuk membangun booth KEB |
Benarlah prediksi kami, para pekerja sudah bangun dan sudah beraktivitas lagi. Setelah tahu di mana booth kami, saya dan Kak Icha membantu Mak Mira Sahid untuk menurunkan properti KEB dari mobil. Waktu kami kembali ke Skeeno hall sudah ada Mak Waya dan Mak Lia yang siap untuk menyingsingkan lengan membangun Booth KEB.
Saat menemukan batu, rasanya jauh lebih berharga dari berlian |
Mulailah kami bekerja menaruh kuda-kuda untuk kain yang akan kami jadikan pemisah dari booth yang lain, tetapi kami mengalami kendala karena ternya ta kuda-kuda tersebut tidak dapat berdiri dengan tegak sehigga kami memerlukan batu untuk menahan berat beban. Jadilah saya, Mak Lia, dan Mak Waya mencari batu di sekeliling hall. Tuhan memang, kami menemukan tiga bongkahan batu bata bersemen.
Dengan sukacita kami masing-masing mengambil batu-batu itu dan membawanya ke dalam. Mak Mira, kak Icha dan Bunda Yati tertawa melihat kami bertiga berhasil menemukan batu. Setelah batu menahan di taruh di tempatnya ternyata kami mengalami kendala lagi. Kain yang kami bentangkan tidak mau terbentang malah kendor karena tidak ada penahan. Maka kami harus memutar otak lagi. Memasang kayu adalah pilihannya, berarti kami memerlukan kayu untuk menahan kain tersebut dan paku. Saya, Mak Lia dan mak Waya kembali mencari kayu. Sebetulnya di dalam hall banya kayu tapi miliki komunitas lain yang juga membangun booth. Tak enak rasanya kalau harus meminta.
Dengan sukacita kami masing-masing mengambil batu-batu itu dan membawanya ke dalam. Mak Mira, kak Icha dan Bunda Yati tertawa melihat kami bertiga berhasil menemukan batu. Setelah batu menahan di taruh di tempatnya ternyata kami mengalami kendala lagi. Kain yang kami bentangkan tidak mau terbentang malah kendor karena tidak ada penahan. Maka kami harus memutar otak lagi. Memasang kayu adalah pilihannya, berarti kami memerlukan kayu untuk menahan kain tersebut dan paku. Saya, Mak Lia dan mak Waya kembali mencari kayu. Sebetulnya di dalam hall banya kayu tapi miliki komunitas lain yang juga membangun booth. Tak enak rasanya kalau harus meminta.
Bergaya sehabis menggergai dan memaku |
Di luar kami menemukan 2 potongan kayu, persis sejumlah kayu yang kami perlukan. Wah… ternyata kayu tersebut kepanjangan sehingga kami harus menggergajinya supaya sesuai panjang dan lebar booth KEB. Mulailah kami berkerja, menggergaji dan memaku kayu tersebut, sehigga jadilah booth KEB yang kami dambakan. Hehehehe.
Perkasa |
Sambil mengagumkan booth kami berfikir untuk mengikuti lomba busana pakaian pahlawan yang di adakan panitia, saya memakai baju DEWI SARTIKA Kak Icha memakai baju CUT NYAK DIEN, Mak Yati dan Mak Lia masih merencana mau memakai baju seperti siapa.
Ada ide dari Mak Lia untuk memakai selempang bertuliskan sahabatnya, kawannya, titisan, temannya, saudaranya salah satu nama pahlawan Indonesia contohnya Temannya R.A Kartini. Mak Mira Sahid hanya mengangguk-angguk saja atas ide itu dan memberi tugas agar saya dan Kak Icha membuat itu menjadi nyata. Cepat-cepat kami bergerak pulang agar bisa sekalian membuat selempang.
Mayestik tempat berpadunya tukang kain dan penjahit, kami melihat jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Ya ampun ternyata Mayestik sudah tutup. Dengan agak kecewa kami meneruskan perjalan pulang . Kami tidak berhasil membuat selempang padahal kami sudah dapat membayangkan kalau nanti di hari H pasti seru kalau bisa berselempang dengan tulisan seperti itu.
Sambil mengendarai motor saya berfikir bagaimana cara mewujud keinginan tadi. AHHHHHHHHHHA saya ada ide teriak Kak Icha. Untung saya pakai helm, kalau tidak pasti kuping saya bisa sakit. Ternyata sepanjanjang jalan, kak Ichapun terus memutar otak. Kak Icha mengusulkan membuat selempang dari digital printing.
Mendengar itu langsung terbayang tempat digital printing langganan saya. Ternyata karena sudah sore tempat tersebut tutup. Kak Icha bilang ia tahu tempat langganannya yang masih buka. Cepat-cepat saya mengendarai motor untuk sampai di tempat tersebut . HUFF tempat tersebut masih buka HORE.....HORE..... BERHASIL..... BERHASIL seperti Dora film anak-anak itu saya berteriak dalam hati.
Ketika kami membuka pintu salah satu staff printing tersebut Bpk Djalil siap membantu kami. Kami mengemukakan keinginan kami dan Bpk Djalil mewujudkannya. Selesai kami menyeting tibalah pada saat kapan selesainya. Lalu Bpk Djalil menjawab Besok siang jam 12 . Weng-weng mata saya langsung berkunang-kunang, bagaimana bisa selesainya besok jam 12? Seleang itu mau dipakai sebelum jam 12. Saya memohon untuk bisa di selesaikan sesuai dengan motto tempat tersebut 1 jam selesai.
Bpk Djalil menjawab tapi sekarang sudah jam 17.30, sedangkan tutup jam18.00 sore. Uh, mules rasanya perut ini. Tadi waktu disela-sela kami menyeting salah satu staff yang lain membutuhkan uang kecil dan saya membantu menukarnya . Ternyata itu si empunya tempat tersebut. Saya memohon agar bisa selesai malam ini. Si empunya akhirnya menyanggupi.
Sambil menunggu saya dan Kak Icha makan. Sambil merencanakan ke salon jam berapa kalau besok memakai baju pahlawan. Kami mau memberikan yang terbaik karena ini merupakan moment berharga bagi kami diberikan kesempatan berpartisipasi di kegiatan ini. Saya menghubungi salon langgan saya dan membuat janji untuk make up dan sanggul besok jam 8 pagi untuk 2 orang.
Sebelum pukul tujuh, selempang kami sudah selesai di cetak. Kami dapat tersenyum puas karena hasilnya sesuai dengan keinginan. Kami pun berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing dengan janji besok jam 8 ketemu lagi untuk ke salon. Saya sampai dirumah langsung membersihkan diri dan naik ke tempat tidur. Lelah tapi senang dan tak sabar menunggu pagi. (19 November 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar